(Aku menulisnya hanya bagian dari mengisi waktu luang yang aku miliki, hanya sebuah cerita yang mungkin belum memiliki makna karena belum adanya keterampilan untuk membuat cerita ini menjadi bermakna. )
Hidup terus saja berputar, tak akan ada suatu keadaan yang kekal dalam hidup seseorang. Selalu saja ada perubahan yang terjadi. Selalu ada perbedaan yang membedakan keadaan itu. Begitupun dengan Rena dan keluarganya .
Yah .. Rena, seorang gadis desa. Dia hidup dengan keadaan keluarga yang sangat sederhana. Dia adalah anak kedua dari delapan bersaudara. Ayahnya seorang buruh tani dan ibunya seorang pedagang sayur di pasar dekat rumahnya. Rena hidup sangat ‘Prihatin’ dengan keadaan keluarganya.
Setiap harinya, dia mengurus keenam adik kecilnya. Bahkan sebelum fajar datang, Rena sudah bangun dari tidurnya. Tak ada waktu untuk terus bermimpi dengan dunia alam bawah sadarnya. Terlalu banyak hal yang harus Rena kerjakan sebelum matahari kembali bersinar. Rena seakan terus dikejar waktu. Setelah dia menyadarkan diri dari istirahat sejenaknya, dia memasak nasi dari persediaan beras yang ada di ‘lumbung’. Membuat gorengan untuk dijual di sekolah adik-adiknya. Mengurusi keenam adiknya. Merapihkan segala urusan rumah. Semua kegiatan yang dilakukan seakan Renalah yang menjadi kepala rumah tangganya.
Ayahnya selalu berangkat pagi buta, mengayuh sepeda ontel untuk pergi ke sawah. Sedangkan ibunya sudah bergegas pergi ke pasar saat adzan subuh belum berkumandang dan kakanya mempersiapkan diri untuk pergi mengajar disebuah sekolah dasar yang lumayan jauh dari rumahnya.
Begitulah kegiatan setiap harinya, bahkan tidak hanya sampai disitu. Rena juga mencari sedikit demi sedikit uang untuk tambahan biaya mecukupi kebutuhan keluarganya.
Waktu terus berlalu dan terus berputar, saat Rena sudah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Pendidikan Guru, Rena masih saja melakukan kegiatan yang dulu dia lakukan. Namun yang membedakan hanyalah, kini Rena sudah bertumbuh dewasa , Rena menjadi seorang guru sekolah dasar dengan gaji yang masih dibawah standar gaji guru honorer dan Rena mulai terbiasa dengan kehidupan yang semakin sulit.
Ada kegiatan baru untuk Rena, setelah dia selesai mengajar di sekolah dasar dekat rumahnya, dia segera ‘mengarit’ rumput yang ada di sawah untuk makan dua ekor kambing yang keluarganya miliki.
Tak ada rasa malu dengan kegiatan yang dia lakukan. Tak ada rasa canggung yang Rena rasakan, saat muridnya melewati dan memperhatikan bahwa gurunya sedang mengarit rumput. Bagi Rena, semua itu hanyalah bagian dari skenario Tuhan yang harus dia lakukan. Tak ada keluhan saat dia menjalaninya. Tak ada air mata saat rasa lelah ada di pundaknya. Rena mencoba tegar, bahkan saat musibahkembali datang di keluarganya. Ibunya jatuh sakit, ya.. sakit karena terlalu memikirkan bagaimana cara untuk menaikan derajat hidup keluarganya. Sakit yang berasal dari khayalan yang terlalu tinggi dan tidak mencoba untuk sabar dengan keadaan keluarganya yang semakin buruk .
Kini kegiata Rena semakin banyak, karena kini dia harus menjaga ibunya yang tidak lagi berjualan di pasar. Ibunya hanya bisa berbicara sesuka hatinya, kemauannya harus di ikuti, tak ada sedikitpun bantahan untuk segala perintah yang ibunya katakan. Rena tetap sabar dengan keadaan yang dialaminya. Bertubi-tubi celaan dan hinaan muncul dari orang sekitarnya karena keadaan ibunya yang seperti orang ‘tidak waras’. Rena tidak malu dengan keadaan itu, bahkan saat ada seseorang yang melamarnya, dengan jujur Rena menjelaskan bagaimana perihal keadaan keluarganya. Alhamdulillah, seseorang itu tetap melamarnya meski dengan latar belakang keluarga Rena yang serba kekurangan.
Kini, Rena sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak . Satu anak perempuan dan satu anak laki-laki. Kini hidup Rena pun tidak sepahit dulu, kini Rena selalu mengajarkan kepada anaknya arti sebuah mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Tuhan untuk mereka, “Saat kamu mulai lelah dengan keadaan mu nak, ingatlah cerita bagaimana dulu ibumu menghadapi banyak kepahitan. Saat kamu mulai lupa terhadap segala nikmat Tuhan mu, maka ingatlah bagaimana Tuhan selalu ada untuk mu. Cobalah tetap bersyukur nak, karena bagaimanapun keadaan akan berubah pada akhirnya, akan selalu ada pelangi yang hadir setelah hujan turun, jika Tuhan mengizinkannya ada”.
Diiand Mawarni
Selasa, 01 November 2011 ; 19:08
Pelangi ku .. Aku ingin selalu menjadi warna mu .. Menghiasi jalan hidup mu .. Dan menjadi warna terang saat gelap mu .. Menjadi warna penyejuk saat amarah mu .. Pelangi ku .. Aku selalu berharap .. Warna ku mampu selalu ada untuk mewarnai mu .. Sehingga aku dan kamu bisa menjadi pelangi indah dalam setiap jalan cerita kita ..
Selasa, 01 November 2011
Kisah Tentang Pelangi Ku
Diiand Mawarni ( Sabtu, 29 Oktober 2011 ; 19:32 )
Kazuo..
Apa kabar mu?
Maaf aku baru memberikan kabar kepada mu. Maaf karena aku sempat melupakan mu sejenak, sebagai sahabat yang selalu ada saat aku bercerita, tanpa mengeluh sedikitpun. Sahabat yang tidak pernah menyalahkan ku dan selalu mendengarkan segala kisah ku. Mungkin aku adalah sahabat yang tidak baik untuk mu, aku menghilang dari mu saat aku telah menemukan kasih ku, ya .. Kazuo . Aku telah menemukan kasih yang selama ini aku tunggu.
Panggil saja dia , “Pelangi”. Kenapa aku menyebutnya “Pelangi” ? karena dia hadir saat “Hujan” ku berhenti dari hari ku. Karena darinya aku bisa menjadi berbagai warna untuk nya. Karena darinya aku bisa merasakan kasih sayang yang semestinya. Mungkin menurutmu aku “Terlalu” ya, Kazuo? Namun , itulah kenyataannya. Setelah sekian lama aku hanya menunggu kapan “Hujan” itu berhenti, akhirnya aku menemukan jalan ku dengan hadirnya dia di hidupku.
Bagiku, dia adalah pelangi ku. Pelangi yang aku harapkan mampu untuk menghiasi kanvas kosong yang ada di kehidupan ku. Entah menghiasiya dengan duka, suka, cinta, rindu, ataupun sayang. Karena yang terpenting adalah semua warna itu hadir dengan secukupnya, tidak kurang dan tidak lebih.
Kamu pasti bertanya-tanya, kapan aku bertemu dengan “Pelangi” dan bagaimana aku bisa bersamanya kini ? iya kan Kazuo? Hemh ..
Pertemuan kami hanya pertemuan biasa, pertemuan yang hanya berawal dari komunikasi lewat “SMS”, yah .. berbulan-bulan kami hanya berkomunikasi dari “SMS”, memulai untuk saling memberikan sedikit demi sedikit perhatian sewajarnya, dan akhirnya aku pun bertemu dengan dia.
Saat pertama bertemu dengannya, yang aku rasakan adalah “Apa dia sama ya kayak karakter yang w bayangin?”,”Apa dia bakalan ngenalin w ya?”,”Kalo ketemu w harus ngomong apa?”. Sangat banyak pertanyaan yang ada di dalam fikiran ku saat itu, Kazuo. Namun semua terjawab saat aku bertemu dengannya, saat itu aku berencana untuk mencari tempat tinggal saat aku kuliah dan aku meminta bantuannya.
Saat bertemu dengannya banyak cerita yang bergulir dari mulut kami masing-masing, tidak ada kecanggungan sedikitpun. Karena dari “SMS” kami sudah mulai saling mengenal, bagaimana karakter kami, apa yang tidak kami sukai dan apa yang tidak kami sukai. Berakhir sudah satu hari itu, yang berkesan sampai saat ini adalah saat kami shalat berjamaah. Hal yang pernah aku impikan dari dulu, “Shalat berjamaah dengan seseorang yang aku sayang”. Namun, saat itu terjadi, aku belum menyayanginya karena aku masih sebatas kagum dan menyukainya.
Setelah pertemuan itu, semakin banyak komunikasi yang tercipta. Semakin banyak variasi cerita yang ada. Hingga akhirnya kami sama-sama mendapatkan hari libur kuliah dalam rangka Idul Fitri. Aku yang telah dibantu olehnya untuk mencari tempat tinggal saat kuliah, ingin membalas kebaikannya dan saat itu dia bertanya kepadaku “Kamu mau nemenin aku ke rumah sahabat aku ga?”, karena rasa ingin membalas dan berniat untuk bertemu dengannya –lagi-, aku mengiyakan ajakan itu. Aku ingat hari itu, hari dimana pertama kalinya aku pergi ke daerah yang benar-benar aku “Ga tau” itu ada dimana, bahkan sempat terfikir dalam otak ku saat diperjalanan menuju rumah sahabatnya , “Kalo w ditinggal sama dia disini ? Gemana pulangnya? Ga tau jalan w !”.
Selain itu Kazuo, kenapa aku sangat megingat tentang hari itu? Karena masih terekam jelas apa yang dia ucapkan saat mengantarkan aku sampai depan perumahan, lebih tepatnya sebelum perumahan. “Maaf ya nganterinnya sampe sini ajah, aku ga boleh bawa cowo ke rumah”, ucap ku, “Kan cuma temen, nanti aku sekalian kenalan sama orang tua kamu, ‘Sore tante dan om, kenalin saya “Pelangi”, saya temennya Dian, tapi ga tau deh kalo besok”, jawab dia sambil tertawa “Meledek”. Ya .. ucapan itu adalah awal dari semuanya. Awal bagaimana aku bisa bersamanya kini.
Tepat tanggal 3 September 2011, jam setengah 9 malam, setelah aku melewatkan hari ku bersamanya (Pergi ke rumah sahabatnya), dia mengungkapkan perasaannya. Hal pertama yang aku rasakan adalah “Bahagia”, dan badan ku seketika itu berubah suhunya menjadi lebih dingin. Betapa senangnya aku karena akhirnya aku bisa memilliki seseorang tanpa harus melewati batu terjal sebelum mendapatkannya. Saat itu pula aku baru menyadari bahwa aku telah mulai untuk menyayanginya. Saat itu pula cerita ku dengan “Pelangi” mulai tercipta.
Beberapa waktu setelah aku “Resmi” dengannya, kami saling membuat komitmen untuk merahasiakan ini untuk sementara waktu. Kamu pasti tau Kazuo, apa alasan itu. Kan kamu sahabat aku :D
Waktu terus bergulir, kini hari ku “Indah” dan “Membahagiakan”. Setiap pagi aku membangunkan “Pelangi” dan dia selalu berpesan padaku saat aku berangkat kuliah , “Kamu hati-hati ya .. Kalo ada apa-apa kabarin aku”.
Setiap jam makan, aku selalu mengingatkan dia untuk makan, begitupun dengan dia. Hari-hari ku selalu beriringan dengan dia, selalu ada dia di dalam keseharian ku. Hingga malam menjelang selalu ada kata “Sayang” darinya. Aku selalu bermimpi indah, aku selalu bisa membayangkan bagaimana aku ingin menjalani hariku bersamanya. Selalu ada imajinasi indah yang hadir dalam hati dan fikiran ku. Mungkin inilah rasanya “Jatuh cinta” kepada orang yang semestinya.
Kazuo, sepertinya aku tak bisa menceritakan bagaimana detail ceritaku bersamanya. “Pelangi” ku berbeda dengan tokoh sebelumnya, dia lebih “Istimewa” dari segala tokoh yang pernah ada di kehidupan ku. Kisah bersamanya biarlah aku simpan di dalam hati ku dan imajinasiku agar dia selalu hidup dan menghadirkan suatu rasa sayang yang tak akan bisa memudar.
Kazuo, terimakasih untuk mu. Kamu selalu ada saat aku terjatuh bahkan saat aku bahagia.
Sertakan segelintir doa untuk ku Kazuo, agar “Pelangi ku” tetap bersinar dan tetap menerima warna yang ada padaku.
Aku sayang pelangi. Biarkan warna ku mewarnai kanvas kehidupan mu secara semestinya
Biarkan aku menikmati keindahan pelangi mu dengan sewajarnya. Saranghaesan^^, you’re mi Liebe.
Kazuo..
Apa kabar mu?
Maaf aku baru memberikan kabar kepada mu. Maaf karena aku sempat melupakan mu sejenak, sebagai sahabat yang selalu ada saat aku bercerita, tanpa mengeluh sedikitpun. Sahabat yang tidak pernah menyalahkan ku dan selalu mendengarkan segala kisah ku. Mungkin aku adalah sahabat yang tidak baik untuk mu, aku menghilang dari mu saat aku telah menemukan kasih ku, ya .. Kazuo . Aku telah menemukan kasih yang selama ini aku tunggu.
Panggil saja dia , “Pelangi”. Kenapa aku menyebutnya “Pelangi” ? karena dia hadir saat “Hujan” ku berhenti dari hari ku. Karena darinya aku bisa menjadi berbagai warna untuk nya. Karena darinya aku bisa merasakan kasih sayang yang semestinya. Mungkin menurutmu aku “Terlalu” ya, Kazuo? Namun , itulah kenyataannya. Setelah sekian lama aku hanya menunggu kapan “Hujan” itu berhenti, akhirnya aku menemukan jalan ku dengan hadirnya dia di hidupku.
Bagiku, dia adalah pelangi ku. Pelangi yang aku harapkan mampu untuk menghiasi kanvas kosong yang ada di kehidupan ku. Entah menghiasiya dengan duka, suka, cinta, rindu, ataupun sayang. Karena yang terpenting adalah semua warna itu hadir dengan secukupnya, tidak kurang dan tidak lebih.
Kamu pasti bertanya-tanya, kapan aku bertemu dengan “Pelangi” dan bagaimana aku bisa bersamanya kini ? iya kan Kazuo? Hemh ..
Pertemuan kami hanya pertemuan biasa, pertemuan yang hanya berawal dari komunikasi lewat “SMS”, yah .. berbulan-bulan kami hanya berkomunikasi dari “SMS”, memulai untuk saling memberikan sedikit demi sedikit perhatian sewajarnya, dan akhirnya aku pun bertemu dengan dia.
Saat pertama bertemu dengannya, yang aku rasakan adalah “Apa dia sama ya kayak karakter yang w bayangin?”,”Apa dia bakalan ngenalin w ya?”,”Kalo ketemu w harus ngomong apa?”. Sangat banyak pertanyaan yang ada di dalam fikiran ku saat itu, Kazuo. Namun semua terjawab saat aku bertemu dengannya, saat itu aku berencana untuk mencari tempat tinggal saat aku kuliah dan aku meminta bantuannya.
Saat bertemu dengannya banyak cerita yang bergulir dari mulut kami masing-masing, tidak ada kecanggungan sedikitpun. Karena dari “SMS” kami sudah mulai saling mengenal, bagaimana karakter kami, apa yang tidak kami sukai dan apa yang tidak kami sukai. Berakhir sudah satu hari itu, yang berkesan sampai saat ini adalah saat kami shalat berjamaah. Hal yang pernah aku impikan dari dulu, “Shalat berjamaah dengan seseorang yang aku sayang”. Namun, saat itu terjadi, aku belum menyayanginya karena aku masih sebatas kagum dan menyukainya.
Setelah pertemuan itu, semakin banyak komunikasi yang tercipta. Semakin banyak variasi cerita yang ada. Hingga akhirnya kami sama-sama mendapatkan hari libur kuliah dalam rangka Idul Fitri. Aku yang telah dibantu olehnya untuk mencari tempat tinggal saat kuliah, ingin membalas kebaikannya dan saat itu dia bertanya kepadaku “Kamu mau nemenin aku ke rumah sahabat aku ga?”, karena rasa ingin membalas dan berniat untuk bertemu dengannya –lagi-, aku mengiyakan ajakan itu. Aku ingat hari itu, hari dimana pertama kalinya aku pergi ke daerah yang benar-benar aku “Ga tau” itu ada dimana, bahkan sempat terfikir dalam otak ku saat diperjalanan menuju rumah sahabatnya , “Kalo w ditinggal sama dia disini ? Gemana pulangnya? Ga tau jalan w !”.
Selain itu Kazuo, kenapa aku sangat megingat tentang hari itu? Karena masih terekam jelas apa yang dia ucapkan saat mengantarkan aku sampai depan perumahan, lebih tepatnya sebelum perumahan. “Maaf ya nganterinnya sampe sini ajah, aku ga boleh bawa cowo ke rumah”, ucap ku, “Kan cuma temen, nanti aku sekalian kenalan sama orang tua kamu, ‘Sore tante dan om, kenalin saya “Pelangi”, saya temennya Dian, tapi ga tau deh kalo besok”, jawab dia sambil tertawa “Meledek”. Ya .. ucapan itu adalah awal dari semuanya. Awal bagaimana aku bisa bersamanya kini.
Tepat tanggal 3 September 2011, jam setengah 9 malam, setelah aku melewatkan hari ku bersamanya (Pergi ke rumah sahabatnya), dia mengungkapkan perasaannya. Hal pertama yang aku rasakan adalah “Bahagia”, dan badan ku seketika itu berubah suhunya menjadi lebih dingin. Betapa senangnya aku karena akhirnya aku bisa memilliki seseorang tanpa harus melewati batu terjal sebelum mendapatkannya. Saat itu pula aku baru menyadari bahwa aku telah mulai untuk menyayanginya. Saat itu pula cerita ku dengan “Pelangi” mulai tercipta.
Beberapa waktu setelah aku “Resmi” dengannya, kami saling membuat komitmen untuk merahasiakan ini untuk sementara waktu. Kamu pasti tau Kazuo, apa alasan itu. Kan kamu sahabat aku :D
Waktu terus bergulir, kini hari ku “Indah” dan “Membahagiakan”. Setiap pagi aku membangunkan “Pelangi” dan dia selalu berpesan padaku saat aku berangkat kuliah , “Kamu hati-hati ya .. Kalo ada apa-apa kabarin aku”.
Setiap jam makan, aku selalu mengingatkan dia untuk makan, begitupun dengan dia. Hari-hari ku selalu beriringan dengan dia, selalu ada dia di dalam keseharian ku. Hingga malam menjelang selalu ada kata “Sayang” darinya. Aku selalu bermimpi indah, aku selalu bisa membayangkan bagaimana aku ingin menjalani hariku bersamanya. Selalu ada imajinasi indah yang hadir dalam hati dan fikiran ku. Mungkin inilah rasanya “Jatuh cinta” kepada orang yang semestinya.
Kazuo, sepertinya aku tak bisa menceritakan bagaimana detail ceritaku bersamanya. “Pelangi” ku berbeda dengan tokoh sebelumnya, dia lebih “Istimewa” dari segala tokoh yang pernah ada di kehidupan ku. Kisah bersamanya biarlah aku simpan di dalam hati ku dan imajinasiku agar dia selalu hidup dan menghadirkan suatu rasa sayang yang tak akan bisa memudar.
Kazuo, terimakasih untuk mu. Kamu selalu ada saat aku terjatuh bahkan saat aku bahagia.
Sertakan segelintir doa untuk ku Kazuo, agar “Pelangi ku” tetap bersinar dan tetap menerima warna yang ada padaku.
Aku sayang pelangi. Biarkan warna ku mewarnai kanvas kehidupan mu secara semestinya
Biarkan aku menikmati keindahan pelangi mu dengan sewajarnya. Saranghaesan^^, you’re mi Liebe.
Langganan:
Postingan (Atom)