Sabtu, 24 Maret 2012

Semua Tak Lagi Sama

Ketika kejenuhan sudah mulai menghampirimu
Terasa menyakitkan untuk ku
Yah..
Menyakitkan karena nantiya aku hanyalah sebuah beban dalam perjalanan hidup mu
Membuatmu malas untuk menanggapinya
Apabila rasa sayang sudah mulai terkikis karena sikap ku
Akan ada rasa sakit ketika mengingatnya
Aku memang tak sebaik yang dulu
Aku memang tak seindah dulu
Aku hanya tak tau bagaimana cranya untuk menyampaikan apa yang ingin aku ungkapkan
Terlalu banyak rasa takut untuk menyakitimu
Maka inilah aku sekarang
Perubahan yang terjadi semakin terlihat
Semakin jelas adanya
Kamu semakin jauh
Kamu seperti jenuh
Ya .. aku menyadarinya ..
Entah apa yang harus aku lakukan
Yang ku tau ..
Kamu sekan berbeda tak lagi sama..

Cerita Ku tentang dia ..

Kazuo ..
Kamu tahu ? mungkin Tuhan tidak langsung menghapus rasa kekosongan ku. Namun Tuhan mengirimkan mereka semua satu persatu untuk menghapus rasa kekosongan ku. Membuat aku menyadari bahwa tak sepantasnya rasa kekosongan itu terus hinggap di kehidupanku. Jelas sekali terlihat rasa kekosongan itu mengganggu semua, mulai dari selera makan ku hingga cara berfikirku. Bagaimana aku memulai untuk meninggalkan kekosongan ku ? beginilah ceritanya.
Cerita ini bermula saat Jumat lalu. Saat pagi itu ada nomor asing yang mampir di inbox ku. Ternyata nomor itu adalah nomor yang ku kenal. Dia ka Indra. Kaka yang selalu membantu ku saat kesulitan, entah kini dia berada ada dimana. Ucapannya lewat pesan singkat, seketika menyadarkan aku bahwa aku tidak sendirian. Mungkin aku masih kosong disni. Sedangkan bisa saja bayanganku mengisi kehidupan seseorang dan membuatnya terasa tidak kosong.
“Yaudah yan bae” ja ya disana.. beneran maaf ga bisa ngasih tau.. justru kka ga ngasih tau karna kka mikirin perasaan yan jga.. jadi nnti aja ya klo waktunya dah tepat.. take care yan disna ^^” ..
Mungkin sms itu tidak menunjukan apa-apa , tapi bagiku kata baik-baik disana membuat aku menyadari, bukankah aku tidak seharusnya seperti ini. Mungkin kelak aku akan lebih berada ditempat yang asing dan benar-benar sendirian.
Selanjutnya, ketika praktikum pengemasan pangan dimulai. Ada pembagian kelompok, tentu aku sekelompok dengan orang-orang yang tidak aku kenal dekat. Aku meminta nomor telfon teman sekelompok ku dan teman yang satu arah dengan kosan ku. Wajar saja, karena aku sudah bosan berangkat dan pergi ke kampus sendirian. Seperti orang cengo menurutku. Itu awal bagaimana aku mulai menghilangkan rasa ke kosongan ku.
Sore menjelang, rintik gerimis hujan mulai mengguyur kota Bogor. Menjelang magrib , gerimis pun berhenti dan saat magrib telah usai tak ada lagi rintik hujan dari langit. Saat itu, kekasihku ‘berkunjung’ ke kosan ku. Ada rasa lelah yang dia pancarkan dari matanya. Ada sedikit rasa amarah dari gerak tubuhnya, saat itu aku baru menyadari bahwa bukan hanya aku yang merasa lelah dengan lingkungan baru. Namun perbedaannya, dia lelah denngan rutinitas barunya sebagai komti di kelasnya, sedangkan aku lelah dengan rasa kosong saat berada di kelas baru.
Awalnya dia hanya berniat untuk memberikan flasdishnya. Ya .. aku sedikit membantu tugasnya. Namun, kami malah asik bercengkrama. Sedikit banyak dia bercerita tentang segala hal yang membuat dia berubah, hemh ya penjelasan atas pertanyaan ku , “Kamu sadar ga si ? kamu sedikit berubah ?”. Rasa kesal ku hilang saat dia menjelaskan semuanya, semua keluh kesah berganti dengan tatapan kelembutan. Berganti dengan celetukan-celetukan dari bibirnya tentang bagaimana bentuk hidungku yang menurut dia , “Mana? Kamu mah ga punya hidung”, tanda kalau kami sudah melupakan kesalahpahaman. Aku tidak lagi kosong, seakan aku telah memiliki energi baru untuk menjalani hari esok, dia pernah bilang aku adalah semangatnya, dan aku baru sadar tanpa melihat dia lebih dari satu hari , aku seperti benda rusak yang tidak memiliki energi untuk memiliki fungsi.
Hatiku tak lagi kosong Kazuo, hari Jumat kemarin berawal dengan langkah baru dan ditutup dengan senyuman ku yang berhasil dia buat dari kehadirannya malam itu. Terimakasih Kazuo, aku sayang pelangi.

Cerita Ku

Minggu, 25 Maret 2012

Kazuo ..
Aku lelah , lelah menunggu dia berubah. Lelah menunggu dia menjadi sedikit mengerti aku. Hanya sebuah pengertian yang aku harapkan. Bukan sesuatu hal yang sulit bukan seharusnya? Menjadi pasangan yang mengerti aku dan tidak se’Cuek’ ini padaku. Aku paham dia baru pertama kali menjalani sebuah hubungan, namun alasan itu sudah menjadi ‘Basi’ untuk ku.
Enam bulan bukan waktu yang sebentar, hampir setengah tahun. Seharusnya dia sudah mulai merubah sikapnya dan berubah menjadi sedikit demi sedikit. Salahkah aku apabila aku mengharapkan dia berubah menjadi sedikit lembut ? menjadi sedikit mengerti ? menjadi sedikit mengalah ? enam bulan dan hanya satu bulan pertama dia menjadi baik dan mengerti aku.
Selalu ada perhatian saat aku hendak pergi, selalu ada pertanyaan “Kamu dimana?”, “Udah makan?”, ”Ga mau , maunya makan bareng kamu!”, entah kemana perginya sekarang kalimat itu Kazuo.
Kini hanya ada kalimat , “Udah makan?”, ”Udah malem kamu tidur sana”. Entah terasa menyesakkan ketika aku membandingkan semuanya. Dulu saat aku ingin pergi dia menawarkan dirinya untuk pergi menemaniku. Dulu saat aku sebentar saja tidak memberikan kabar, dia sibuk sms “Cuekin aja terus”, dan kini semuanya menjadi terbalik. Aku yang sering dia tinggalkan. Dia yang selalu egois. Egois karena dia tidak pernah mau berubah. Semua perkataannya kurasa hanyalah sebuah janji yang entah kapan dia tepati.
Dulu, sebelum semua orang tahu aku adalah ‘Pacar’nya, dia pernah bilang akan memberitahukan bahkan memasang ‘in relationship’ di facebook. Tujuh minggu sudah berlalu ketika beberapa teman sekelas telah mengetahui hubungan kami. Namun tak ada sedikitpun niatan dia untuk membuktikan ucapannya, dan kurasa alasan dia masih sama “Nanti kalau semua temen SMA aku nanyain? Males banget aku jadi heboh di facebook”.
Dia juga belum menunjukkan bahwa dia tidak malu memiliki pacar seperti ku, “Aku mau berangkat kuliah bareng sama kamu?”, ”Tapi kan kita beda jadwal, aku berangkat siang dan kamu berangkat pagi, aku lewat jalan Mc.D kamu lewat Malabar”, sedih dan menyesakkan ketika mengingat dia bukan tipe orang yang bisa sejenak menunggu. Aku dan dia memiliki jadwal masuk yang sama hari Kamis. Sama-sama masuk jam tujuh pagi dan dia seakan tak ingin berangkat bersama ku. Hanya perhatian kecil yang aku harapkan, namun seakan perhatian kecil itu tak penting untuk dilakukan olehnya.
Sempat bertemu tanpa disengaja saat hari Kamis. Tapi dia lagi-lagi tidak mengerti, seharusnya dia ingat , “Aku ga bisa berjalan cepat, kaki aku sakit”, tapi aku harus mengikuti iringan langkah kakinya yang cepat dan menahan rasa perih sendiri saat aku berjalan. Luka di kaki ku terlalu banyak. Aku tetap diam, berusaha mengikuti iringan langkahnya, namun yang ku dapatkan hanyalah sikap dia yang dingin dan tatapan yang seakan menunjukkan rasa lelahnya.
Apakah kehadiran ku selalu mengingatkan dia dengan lelahnya. Aku hanya ingin seperti yang lain Kazuo, sebut saja Nurul dan Riko. Mereka selalu berangkat bersama. Yah.. dan aku seakan tak memiliki kesempatan untuk merasakan bagaimana berangkat kuliah bersama dengan perasaan yang menyenangkan.
Pertemuan aku dengannya kini berganti menjadi pertemuan di waktu malam. Pertemuan dimana semua tugas laporan harus dikerjakan, pertemuan kami tidak spesial karena semuanya hanyalah karena tugas. Bukan hanya untuk becengkrama atau mengobrol. Pedih Kazuo ketika kini aku mengingat semua hal yang telah terjadi dan dia masih sama, belum berubah.
Setiap kali aku mengajaknya pergi kini hanya ada ucapan “Insyaallah”, dan aku pergi hanya dengan teman ku. Dia lelah, akupun lelah. Tapi bukankah berjalan bersama orang yang dia sayangi akan menjadi sebuah semangat tersendiri, dan bolehkah aku mengambil kesimpulan bahwa aku kini bukan lagi menjadi semangatnya.
Kazuo ..
Apa yang harus ku lakukan ketika aku kini mulai tersisihkan? Ketika aku kini mulai merasaka sakit dan entah kepada siapa lagi aku mengadu dan bercerita ? dia saja sudah mulai lelah dengan ku ? saat aku mulai sedikit manja dengannya, yang ada hanyalah “iya gapapa asal jangan sering-sering, bisa stress aku udah laporanbanyak dan pacar aku manja ke aku”.
Aku hanya ingin menyampaikan padanya, aku membutuhkan dia, aku membutuhkan dia menjadi seseorang yang bisa menghapus kesedihan ku Kazuo. Menjadi orang yang bisa aku andalkan. Ketika aku ingin ‘bermanja’ kepada siapa lagi selain dirinya? Haruskah aku bermanja dengan yang lain ? ataukah aku harus terus menjadi dewaasa tanpa ada keluhan sedikitpun?
Pedih Kazuo. Ketika beberapa orang hadir memberikan perhatiaannya untuk ku dan mencoba untuk menghiburku namun yang ada dalam benakku hanyalah bayangan kapan dia menjadi seperti orang itu.
Kazuo .. aku masih bertahan dan entah sampai kapan aku bisa berdiri tegak. Ketka dia tidak akan menunjukkan sebuah perubahan. Aku hanya bisa diam dan memberikan waktu sampai kapan hati ku bisa memakluminya.




Dian Mawarni