Minggu, 25 Maret 2012
Kazuo ..
Aku lelah , lelah menunggu dia berubah. Lelah menunggu dia menjadi sedikit mengerti aku. Hanya sebuah pengertian yang aku harapkan. Bukan sesuatu hal yang sulit bukan seharusnya? Menjadi pasangan yang mengerti aku dan tidak se’Cuek’ ini padaku. Aku paham dia baru pertama kali menjalani sebuah hubungan, namun alasan itu sudah menjadi ‘Basi’ untuk ku.
Enam bulan bukan waktu yang sebentar, hampir setengah tahun. Seharusnya dia sudah mulai merubah sikapnya dan berubah menjadi sedikit demi sedikit. Salahkah aku apabila aku mengharapkan dia berubah menjadi sedikit lembut ? menjadi sedikit mengerti ? menjadi sedikit mengalah ? enam bulan dan hanya satu bulan pertama dia menjadi baik dan mengerti aku.
Selalu ada perhatian saat aku hendak pergi, selalu ada pertanyaan “Kamu dimana?”, “Udah makan?”, ”Ga mau , maunya makan bareng kamu!”, entah kemana perginya sekarang kalimat itu Kazuo.
Kini hanya ada kalimat , “Udah makan?”, ”Udah malem kamu tidur sana”. Entah terasa menyesakkan ketika aku membandingkan semuanya. Dulu saat aku ingin pergi dia menawarkan dirinya untuk pergi menemaniku. Dulu saat aku sebentar saja tidak memberikan kabar, dia sibuk sms “Cuekin aja terus”, dan kini semuanya menjadi terbalik. Aku yang sering dia tinggalkan. Dia yang selalu egois. Egois karena dia tidak pernah mau berubah. Semua perkataannya kurasa hanyalah sebuah janji yang entah kapan dia tepati.
Dulu, sebelum semua orang tahu aku adalah ‘Pacar’nya, dia pernah bilang akan memberitahukan bahkan memasang ‘in relationship’ di facebook. Tujuh minggu sudah berlalu ketika beberapa teman sekelas telah mengetahui hubungan kami. Namun tak ada sedikitpun niatan dia untuk membuktikan ucapannya, dan kurasa alasan dia masih sama “Nanti kalau semua temen SMA aku nanyain? Males banget aku jadi heboh di facebook”.
Dia juga belum menunjukkan bahwa dia tidak malu memiliki pacar seperti ku, “Aku mau berangkat kuliah bareng sama kamu?”, ”Tapi kan kita beda jadwal, aku berangkat siang dan kamu berangkat pagi, aku lewat jalan Mc.D kamu lewat Malabar”, sedih dan menyesakkan ketika mengingat dia bukan tipe orang yang bisa sejenak menunggu. Aku dan dia memiliki jadwal masuk yang sama hari Kamis. Sama-sama masuk jam tujuh pagi dan dia seakan tak ingin berangkat bersama ku. Hanya perhatian kecil yang aku harapkan, namun seakan perhatian kecil itu tak penting untuk dilakukan olehnya.
Sempat bertemu tanpa disengaja saat hari Kamis. Tapi dia lagi-lagi tidak mengerti, seharusnya dia ingat , “Aku ga bisa berjalan cepat, kaki aku sakit”, tapi aku harus mengikuti iringan langkah kakinya yang cepat dan menahan rasa perih sendiri saat aku berjalan. Luka di kaki ku terlalu banyak. Aku tetap diam, berusaha mengikuti iringan langkahnya, namun yang ku dapatkan hanyalah sikap dia yang dingin dan tatapan yang seakan menunjukkan rasa lelahnya.
Apakah kehadiran ku selalu mengingatkan dia dengan lelahnya. Aku hanya ingin seperti yang lain Kazuo, sebut saja Nurul dan Riko. Mereka selalu berangkat bersama. Yah.. dan aku seakan tak memiliki kesempatan untuk merasakan bagaimana berangkat kuliah bersama dengan perasaan yang menyenangkan.
Pertemuan aku dengannya kini berganti menjadi pertemuan di waktu malam. Pertemuan dimana semua tugas laporan harus dikerjakan, pertemuan kami tidak spesial karena semuanya hanyalah karena tugas. Bukan hanya untuk becengkrama atau mengobrol. Pedih Kazuo ketika kini aku mengingat semua hal yang telah terjadi dan dia masih sama, belum berubah.
Setiap kali aku mengajaknya pergi kini hanya ada ucapan “Insyaallah”, dan aku pergi hanya dengan teman ku. Dia lelah, akupun lelah. Tapi bukankah berjalan bersama orang yang dia sayangi akan menjadi sebuah semangat tersendiri, dan bolehkah aku mengambil kesimpulan bahwa aku kini bukan lagi menjadi semangatnya.
Kazuo ..
Apa yang harus ku lakukan ketika aku kini mulai tersisihkan? Ketika aku kini mulai merasaka sakit dan entah kepada siapa lagi aku mengadu dan bercerita ? dia saja sudah mulai lelah dengan ku ? saat aku mulai sedikit manja dengannya, yang ada hanyalah “iya gapapa asal jangan sering-sering, bisa stress aku udah laporanbanyak dan pacar aku manja ke aku”.
Aku hanya ingin menyampaikan padanya, aku membutuhkan dia, aku membutuhkan dia menjadi seseorang yang bisa menghapus kesedihan ku Kazuo. Menjadi orang yang bisa aku andalkan. Ketika aku ingin ‘bermanja’ kepada siapa lagi selain dirinya? Haruskah aku bermanja dengan yang lain ? ataukah aku harus terus menjadi dewaasa tanpa ada keluhan sedikitpun?
Pedih Kazuo. Ketika beberapa orang hadir memberikan perhatiaannya untuk ku dan mencoba untuk menghiburku namun yang ada dalam benakku hanyalah bayangan kapan dia menjadi seperti orang itu.
Kazuo .. aku masih bertahan dan entah sampai kapan aku bisa berdiri tegak. Ketka dia tidak akan menunjukkan sebuah perubahan. Aku hanya bisa diam dan memberikan waktu sampai kapan hati ku bisa memakluminya.
Dian Mawarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar