Hari ini aku masih terkekang oleh kehambaran, bukan karena aku menyukai kehambaran itu, tapi aku belum mampu untuk membantu diriku sendiri agar keluar dari kekangan kehambaran itu. Mungkin esok, ketika matahari sedikit demi sedikit bersinar, langkah kaki ku akan pasti dan akan ku coba untuk berlari kecil hingga pada akhirnya aku berlari cepat dan meninggalkan kehambaran itu. Ketika waktu itu tiba, aku tak akan pernah lagi berusaha untuk menengok dan berimajinasi bagaimana rupaku ketika menjalani hari demi hari yang teramat asing itu. Cukup ku kenang, betapa terombang-ambingnya hati, yang entah bagaimana cara mengungkapkannya.
Kini ku harus bersabar, menantikan secercah harapan datang, dan ketika harapan itu datang, ku akan menyambut dengan sorak sorai bergembira dan takkan pernah melewatkan harapan itu. Aku kini mungkin terkekang dan terasa hambar, namun suatu saat nanti, ketika ku telah menemukan cara untuk membantu diriku, aku akan memberitahukan kepada dunia, bahwa aku telah meninggalkan kehambaran yang aku rasakan.
Rasanya sangat bahagia, membayangkan aku yang baru, dan tak pernah kembali menjadi diriku sekarang. Menjadi aku yang selalu tersenyum hadapi apapun dan telah bisa merelakan apa yang tak seharusnya aku harapkan, merelakan setiap kepingan yang memang telah di takdirkan untuk aku hapus. Bahagianya, dan rasa hati begitu tak sabar menunggu waktu itu. Kini hanya kesabaran dan ketangguhan hati untuk terus mengingatkan diri. Sabar, dan sabar. Terus menunggu, setidaknya dalam hitungan bulan. Ku akan menjadi sesosok aku yang baru. Membuang semua pedih luka yang aku rasa, dan memaafkan semua sakit hati yang telah terukir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar